Welcome to my blog! Di Blog ini, saya akan memberikan informasi mengenai Flora dan Fauna di dunia. Selamat membaca!

Sabtu, 26 Januari 2013

Fauna : Ikan Bibir Merah

   The red lipped batfish. Itulah nama ikan ini. Nama yang sangat cocok dengan ciri-ciri tubuhnya. The red lipped batfish berarti, ikan kelelawar berbibir merah.
Hi hi hi... bibir ikan ini memang tebal dan merah merekah. Bibir si ikan pun mirip bibir perempuan yang pakai lipstik! Selain berbibir merah, ikan ini juga memiliki sirip yang terentang lebar. Mirip sayap kelelawar. Pantas kalau ikan ini diberi nama batfish alias ikan kelelawar. Batfish bernama ilmiah Ogcocephalus darwini. Ikan ini biasa hidup di perairan kepulauan Galapagos.
   Batfish memang unik! Selain berbibir merah dan bersayap kelelawar, batfish juga memiliki hidung yang aneh. Ada kaki tambahan kecil di atas hidungnya. Kaki tambahan itu berguna untuk menipu mangsanya. Yap batfish adalah ikan pemakan daging! Dia biasa memangsa ikan-ikan kecil, ketam, larva, dan tiram-tiram kecil.
Ikan apa yang tak bisa berenang? Batfish jawabannya! Hmm, batfish memang bukan ikan yang jago berenang seperti ikan lainnya. Dia bergerak dengan cara berjalan di atas dasar laut.
   Tentu saja, batfish tal berjalan dengan kaki seperti manusia. Melainkan, dengan menyeret keempat siripnya. Yup, dengan ujung sirip dada dan panggulnya, Batfish bisa berdiri di dasar laut dengan mudah.


-sumber: Majalah Bobo No. 42, 24 Januari 2013, Hal. 33-

Fauna : Udang Pistol

   Udang pistol adalah sebutan untuk kelompok udang Apheidae. Dalam kelompok ini, ada sekitar 600 jenis udang. Udang pistol berukuran sebesar jari manusia. Hidupnya di perairan dangkal.
   Udang pistol punya dua capit. Salah satu capitnya lebih besar daripada yang lain. Bahkan, hampir sebesar tubuhnya. Capit itu mengeluarkan bunyi yang dapat menyetrum dan membunuh mangsa yang mereka incar. Seperti tembakan pistol. Makanya, disebut udang pistol.

   Bunyi itu berasal dari mana? Di dalam capit besar, terdapat rongga atau ruang kecil. Ketika capit terbuka, rongga itu terisi air. Ketika capit menutup, air di dalam rongga tertekan. Air itu lalu melesat cepat, dan dalam bentuk gelembung. Waw, peluru gelembung! Gelembung itu langsung pecah dan mengeluarkan bunyi tembakan.  
Peristiwa keluarnya gelembung sampai pecah, berlangsung 300 mikro detik. Satu mikro detik sama dengan seperjuta detik! Sementara itu, kecepatan melesatnya gelembung, 100 km/jam. Untuk meneliti kecepatan-kecepatan super itu, para peneliti harus memakai peralatan canggih.
   Saat gelembung pecah, ternyata bercahaya. Cahaya itu muncul sangat cepat, 300 piko detik (1 piko = sepertriliun detik). Cahaya itu menunjukkan betapa panasnya suhu dalam gelembung. Diperkirakan, 4.727 derajat Celcius. Panas itu membuat peluru gelembung si udang pistol semakin mematikan!


-sumber: Majalah Bobo No. 14, 12 Juli 2012, Hal. 42-

Flora : Bunga Api

  
   Bunga ini merah menyala bagaikan api. Makanya, enggak heran, bunga ini disebut flame of the forest  atau api hutan. Bunga ini juga dijuluki flame of Irian , karena asli berasal dari Papua. Tahu, kan, dulu Papua disebut Irian. Bunga api menjuntai dan menggantung. Indahnya!
   Bunga api  atau Mucuna novoguineensis  memiliki bentuk yang unik. Ujung-ujung bunganya meruncing ke arah atas, seperti lidah-lidah api yang membakar! Bunga ini panjangnya sekitar 7 cm – 10 cm. Bunga api tumbuh bergerombol di batangnya dan menjuntai ke bawah. Indahnya!
   Bunga api  termasuk jenis tumbuhan merambat yang langka. Ya, bunga api itu langka karena terancam punah. Salah satu penyebabnya adalah penebangan hutan-hutan di Papua yang semena-mena, demi untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Misalnya, untuk membangun pemukiman dan perkebunan. Warna dan bentuknya bagaikan lidah-lidah api yang membakar!
   Bunga api  menjadi langka dan terancam punah juga karena kurangnya penelitian. Sampai saat ini, belum banyak ilmuwan yang meneliti kekayaan flora di Papua. Akibatnya, berbagai flora di Papua, seperti bunga api, belum dikenal masyarakat luas. Kalau tidak kenal, bagaimana mau merawat dan menyayanginya? Betul, enggak?!
   Makanya, yuk, yuk, kenali flora khas Indonesia! Mulailah dari yang dekat di sekitar kita. Mulailah dengan membaca aneka macam flora negara kita. Dengan begitu, secara tidak langsung, kita ikut menjaga kelestarian flora nusantara.


-sumber: www.kidnesia.com-

Kamis, 24 Januari 2013

Fauna : Belalang Pelangi

   Karena tubuhnya yang berwarna-warni, belalang istimewa ini dijuluki belalang pelangi. Nama latinnya Dactyloctenium variegatum. Nama yang cukup rumit, bukan?
Belalang pelangi memiliki beberapa warna di kulitnya. Biasanya warna itu terdiri dari merah, kuning, biru, oranye, dan putih. Selain itu, ada juga warna hijau yang menghiasi sayapnya.
  
   Warna-warni di tubuh belalang pelangi sangat berguna. Bukan untuk mempercantik diri, lo, melainkan untuk menghindari pemangsa. Yup, warna-warni di tubuh belalang pelangi seperti memberi peringatan pada pemangsanya: awas beracun! Sehingga, para pemangsa biasanya takut untuk memakan belalang ini. Tetapi.... apa benar belalang ini beracun? Sstt... Belalang pelangi memang pandai menyerap racun dari dedaunan yang dimakannya. Racun-racun itu kemudian disimpan di dalam tubuhnya. Racun-racun itu akan ia gunakan untuk melindungi dirinya.  
   Belalang pelangi memiliki kelemahan yang cukup membahayakan dirinya. Yaitu, sayapnya sangat pendek. Sehingga, belalang ini tidak bisa terbang! Belalang pelangi hanya bisa melompat-lompat di sekitarnya saja.  Kalau ada pemangsa, ia tak bisa menghindar dengan leluasa. Karena itu, Belalang Pelangi membutuhkan racun untuk melindungi dirinya. Belalang pelangi termasuk belalang yang langka. Kita yang tinggal di kota besar sangat sulit menemukan belalang ini. Biasanya, belalang pelangi hidup di daerah kering berumput. Misalnya di Arizona, Amerika Serikat atau di Afrika seperti Madagaskar dan Afrika Selatan. Wow...jauh ya?


-sumber: Majalah Bobo no.36, 13 Desember 2012, Hal. 27-

Flora : Jaboticaba, Anggur Brazil

   Nama latinnya Myrciaria cauliflor. Tanaman ini masih sekeluarga dengan jambu. Seperti pohon jambu, pohon jaboticaba berdiri tegak, bukan merambat seperti pohon anggur. Batangnya berwarna cokelat dengan sedikit mengelupas di sana sini, mirip batang pohon jambu.       Bunganya cantik berwarna putih, mirip bunga pohon jambu. Tetapi, buah jaboticaba sangat berbeda dari buah jambu biasa. Buah ini bentuknya bulat, kira-kira sebesar stoberi.
   Warna buah hijau di waktu muda. Setelah matang, warnanya menjadi ungu kehitaman. Daging buahnya berwarna putih. Menurut orang Brazil, seperti lemak kura-kura. Lemak kura-kura dalam bahasa Tupi disebut jabotim. Dari kata jabotim itulah berkembang menjadi jaboticaba. Bahasa tupi adalah bahasa yang digunakan suku Tupi yang tinggal di pedalaman Brazil.
   Buah jaboticaba tumbuh menempel di batang pohon, bukan di ranting seperti buah-buah pada umumnya. Rasa buah berubah-ubah sesuai usia. Ada rasa leci, markisa, jambu merah, srikaya, sirsak, dan angggur.

   Benar-benar unik buah ini. Jika ingin menanamnya, kamu bisa membeli bibitnya di tukang tanaman, karena di Indonesia banyak yang membudidayakan tanaman ini. Tetapi, untuk menanam pohon ini harus punya kesabaran yang besar. Karena, pohon jaboticaba hanya bisa diperbanyak dengan biji. Ia tak bisa ditanaman dengan stek ataupun okulasi. Tumbuhnya pun cukup lamban. Dalam setahun, pohon jaboticaba hanya tumbuh sejengkal saja. Bagaimana bisa sabar menunggu sampai pohon ini berbuah?


-sumber: Majalah Bobo no. 3, 26 April 2012, Hal. 30-

Flora : Bunga Topi Peri


   Ada juga yang menyebutnya bunga foxgloves. Bunga ini memang punya banyak julukan, misalnya fairy cap, witches' glove, bloody fingers, fairy finger, fairy bells, dan masih banyak lagi. Nama latinnya Digitalis purpurea.
   Ada beberapa versi dongeng tentang bunga topi peri. konon, bunga ini ada di setiap kebun peri. Para peri menggunakannya sebagai topi, baju, dan sarung tangan. Dongeng lain menceritakan asal usul sebutan foxgloves untuk bunga ini. Ceritanya, dulu para peri memberikan bunga itu kepada para rubah. Bunga itu untuk melindungi telapak tangan mereka agar aman ketika berburu.
   Hati-hati kalau menemukan bunga topi peri. Baik daun, bunga, maupun bijinya beracun. Paling beracun, waktu bijinya mulai masak. Biarpun beracun, bunga ini tetap berguna. Di dunia pengobatan, biji bunga topi peri diramu dengan bahan lain sebagai obat untuk menguatkan jantung. Bunga topi peri juga berguna bagi serangga. Serangga menyukai madunya. Mereka juga memakai kelopaknya untuk berteduh kala hujan atau berlindung dari udara dingin.
   Bunga topi peri memang berasal dari Eropa. Tetapi, si cantik ini kini telah ada di banyak tempat. Di negeri asalnya, bunga topi peri mekar di musim panas. Musim panas jadi tampak cantik dan berwarna.
   Tinggi bunga topi peri mencapai 150 cm. Kalau kamu menanamnya, di tahun pertama baru akan tumbuh daunnya. Sedangkan bunga baru akan keluar di tahun kedua. Lalu, kebunmu akan terlihat ceria dengan bunga-bunga topi peri yang bermekaran.


Sumber : Majalah Bobo no. 23, 15 September 2011, Hal. 6

Rabu, 23 Januari 2013

Flora : Pohon Kersen

   Pohon kersen adalah pohon perdu. Umumnya, tingginya hanya sekitar 3-6 meter. Cabang-cabangnya mendatar, membentuk naungan yang lebar. Dengan daun yang rindang, pohon kersen bagaikan sebuah payung raksasa yang sedang mengembang. Itu sebabnya pohon kersen banyak digunakan sebagai pohon peneduh. Terutama oleh pedagang keliling. Orang Inggris menyebutnya Singapore Cherry. Orang Belanda menyebutnya Japanese Kers.



   Daun kersen berbentuk lonjong. Daun itu berada di ranting dengan posisi mendatar, selang-seling satu sama lain. Bunga muncul dari ketiak daun. Warnanya putih. Bunga yang mekar menonjol keluar ke atas helai-helai daun. Namun setelah menjadi buah, menggantung ke bawah, tersembunyi di bawah helai daun.
   Buah kersen berbentuk bulat dengan tangkai yang cukup panjang. Warna buah hijau ketika muda. Makin lama, warnanya makin kuning dan menjadi merah ketika buah sudah matang. Buah kersen itu kecil, tetapi berisi ribuan biji yang kecil-kecil berwarna putih kekuningan. Rasa buah manis. Banyak orang menyukainya.
   Burung pemakan buah dan codot (sejenis kelelawar kecil) juga menyukai buah kersen. Tetapi, mereka tidak bisa mencerna biji kersen dengan baik. Di dalam perut binatang itu, biji kersen masih utuh dan akan terbuang bersamaan dengan kotoran mereka. Biji yang terbuang itu jika jatuh di tempat yang subur, akan tumbuh menjadi pohon kersen.



   Akibat ulah binatang tadi yang suka membuang kotoran di sembarang tempat, pohon kersen sering ditemukan sebagai tanaman liar dimana-mana. Misalnya di trotoar, lahan parkir, dinding got, retakan tembok pagar, dan tempat-tempat terbuka lainnya. Yaps, tanpa sengaja, mereka ikut menyebarluaskan pohon ini.


-sumber: Majalah Bobo no.41, 19 Januari 2012, Hal.37-